Rabu, 20 April 2016

Sampuraga



  Pada jaman dahulu ada satu keluarga di daerah Tapanuli Utara. Tepatnya di desa Tarutung keluarga ini hidup dalam keadaan yang sangat sederhana, pekerjaan dari keluarga ini adalah bertani. Pasangan suami istri tersebut telah berkeluarga cukup lama yakni 15 tahun yang tidak dikaruniai keturunan. Pada usia ke 18 pernikahan merea, istri sang bapak tersebut mengalami gejala-gejal kehamilan. Alangkah bahagianya keluarga tersebut sejak lama menunggu sang anak.
 
            Memasuki usia ke 9  bulan janin tersebut ibu itu akan melahirkan seorang anak laki-laki. Pasangan suami istri tersebut alangkah bahagianya karena kelahiran anak laki-laki di dalam keluarga mereka. Sang ayah memberi nama anak dengan nama Sampuraga.
 
            Sampuraga yang berkembang dewasa tidak ingin melihat keluarganya dalam keadaan yang begitu saja hanya bertani di ladang Ia memiliki niat untuk merantau ke kota. Ia meminta izin kepada ke dua orang tuanya. Dengan berat hati Sampuraga pun dilepaskan untuk merantau ke kota. Untuk memperbaiki nasibnya di kota.
 
            Setelah cukup lama meninggalkan kampung halamannya. Sampuraga bekerja sangat keras untuk memperbaiki nasibnya. Di kota sampuraga bekerja sebagai pedangang setelah lama menjadi pedangang, Sampuraga berhasil dalam perdangannganya Ia menjadi seorang yang kaya raya. Sampuraga memiliki niat untuk memiliki seorang istri lalu sampuraga mempersunting seorang gadis kaya raya dan orang terpandang di kota tersebut, setelah beberapa tahun menikah. Sampuraga dikarunia i anak laki-laki dan perempuan. Akan saking kayanya Sampuraga sampai terdengar kabar kepada kedua  orang tuanya di kampung halamanya.
 
            Orang tua Sampuraga yang masih bertani di kampung berniat untuk menemui Sampuraga di kota. Sesampai di kota ia bertemu juga dengan Sampuraga yang dulu miskin di desa dan sekarang kaya di kota. Lalu ibu sampuraga ingin memeluk anak satu-satunya Karna saking rindunya akan tetapi sampuraga mengelah dan berkata siapa kalian orangtua rentah yang ingin memeluk saya di depan hadapan istri saya. Lalu terkejutlah kedua orangtua Sampuraga yang lelah setelah menjalani perjalanan yang jauh dari kampung ke kota atas kesombongan anak nya tersebut. 
 
            “ aku ini ibumu yang telah mengandung kamu selama 9 bulan di rahim aku dan ini ayahmu yang telah mendidik kamu dan bersusah paya memberi kamu makan ” kata sang ibu.
 
            “ aku tidak memiliki orang tua seperti kalian kedua orang tua saya sudah mati jadi sekarng pergilah kalian jangan mengaku-ngaku menjadi orangtua saya. Pergi..... ” kata Sampuraga
 
             jadi kamu tidak mengenal kami aku ini ayah mu ” kata sang ayah
              ahhh... diam kalian aku tidak memiliki orang tua seperti kalian jadi pergi !!!! ” kata 
 sampuraga tanpa disadarinya datanglah angin dengan tiba-tiba yang sangat kencang dan suara gemuruh petir yang berdesir secara berulang-ulang dan menyambar sampuraga, kemudian sampuraga jatuh dan mati terbakar dan menjadi batu lalu kedua orang tua sampuraga menangis melihat anaknya yang kaku menjadi patung batu. Demikianlah hukuman dari tuhan atas kesombongan yang dilakukan oleh Sampuraga yang tidak mengingat orang tuanya yang susah dikampung halamannya di Tarutung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar