Rabu, 13 April 2016

Lubuk Emas


Cerita rakyat atau Legenda Lubuk Emas berasal dari daerah Sumatera Utara. Menceritakan seorang puteri raja Teluk Dalam bernama Sri Pandan yang memilih terjun ke sebuah lubuk sungai Asahan demi mempertahankan cinta pada kekasihnya.
Alkisah Raja Simangolong memimpin sebuah kerajaan di daerah Teluk Dalam, Sumatera Utara. Sang raja memiliki seorang anak perempuan berparas cantik jelita bernama Sri Pandan. Disamping cantik jelita, Sri Pandan juga terkenal sangat baik hatinya lagi terampil bekerja. Ia terampil menganyam tikar juga menumbuk padi.
Kecantikan Sri Pandan telah dikenal di seantero negeri. Banyak para pemuda berkeinginan meminang Sri Pandan. Namun demikian, Raja Simangolong berharap Sri Pandan kelak menikah dengan pangeran negeri lain agar bisa menjalin hubungan baik dengan negeri tersebut.

Pangeran Aceh Melamar Sri Pandan

Kecantikan putri Sri Pandan terdengar hingga di kerajaan Aceh. Pangeran Aceh sangat berkeinginan untuk melamar putri Sri Pandan. Raja Aceh kemudian mengirim utusan ke kerajaan Teluk Dalam untuk memberitahu perihal lamaran Pangeran Aceh terhadap Putri Sri Pandan. Raja Simagolong merasa gembira dengan kedatangan utusan dari kerajaan Aceh. Ia sangat setuju jika putri Sri Pandan menikah dengan Pangeran Aceh. Namun demikian ia tidak serta merta menerima lamaran tersebut. Ia menyerahkan keputusan ini kepada putrinya, Sri Pandan.

“Aku akan mengirimkan utusan ke Kerajaan Aceh jika putriku menerima lamaran pangeran Aceh.” kata Raja Simangolong pada utusan Kerajaan Aceh.

Setelah utusan Kerajaan Aceh pergi, Raja Simangolong memanggil putrinya. “Putriku, maukah engkau menerima lamaran dari Pangeran Aceh? Ayahanda sangat berharap engkau mau menjadi istri Pangeran Aceh agar hubungan kedua kerajaan bisa terjalin baik.” kata Raja Simagolong kepada Sri Pandan.
Sri Pandan hanya terdiam tidak menjawab. Ia menundukkan kepala lalu menangis.

“Ada apa anakku? Mengapa engkau menangis?” tanya Raja Simangolong.
“Maaf ayah, bukannya hamba tak mau berbakti kepada orang tua, tapi hamba telah lama menjalin kasih dengan pemuda lain. Hamba mencintainya. Sekali lagi maaf ayah.” kata Sri Pandan terbata-bata.
“Siapa pemuda yang engkau maksud?” Raja Simangolong mulai gusar.
“Hobatan ayah.” jawab Sri Pandan.
“Apa? Hobatan pembantu setia kita?” Raja Simangolong tersentak kaget.
“Benar, ayahanda.” kata Sri Pandan.

Raja Simangolong marah mendapati kenyataan putrinya telah menjalin kasih dengan Hobatan, pembantu kerajaan. “Dengar baik-baik anakku, lupakan Hobatan. Terimalah lamaran Pangeran Aceh. Jika engkau tak mau memutuskan hubunganmu dengan Hobatan, niscaya akan ayah usir Hobatan.” kata Raja Simangolong tegas.

Hobatan Menolak Permintaan Sri Pandan

Sri Pandan merasa tidak berdaya mendengar perintah ayahandanya. Ia segera menemui Hobatan untuk mengajaknya untuk pergi bersama meninggalkan istana kerajaan. Di luar dugaan Hobatan justru menolak ajakan Sri Pandan. Hobatan menyarankan agar Sri Pandan menerima lamaran Pangeran Aceh. “Sebaiknya engkau menerima lamaran Pangeran Aceh. Hal itu lebih baik bagi dirimu. Engkau akan menjadi seorang permasuri.” kata Hobatan.

Sri Pandan sangat kecewa dengan jawaban Hobatan, laki-laki yang ia cintai. “Baiklah Hobatan, jika begitu keinginanmu. Aku akan terjun ke lubuk daripada harus menjadi istri laki-laki yang tak aku cintai. Aku akan setia dengan cintaku padamu! Aku akan menunggumu di lubuk!” ujar Sri Pandan seraya bergegas pergi.

Sri Pandan Melompat Ke Dalam Lubuk

Sri Pandan kemudian berlari memasuki kamarnya untuk berkemas-kemas. Dibawanya beberapa lembar pakaian juga seluruh perhiasan emas miliknya. Ia kemudian pergi meninggalkan istana kerajaan menuju lubuk sungai Asahan. Sesampainya di lubuk sungai Asahan, Sri Pandan melemparkan seluruh barang bawaannya ke dalam lubuk yang dalam. Pakaian berikut seluruh perhiasan emasnya ia lemparkan seraya berkata “Tak akan ada lagi wanita cantik di negeri ini.” Sri Pandan kemudian melompat ke dalam lubuk sungai Asahan. Ia membawa serta cintanya pada Hobatan ke dalam lubuk.

Tidak lama kemudian, di istana kerajaan timbul kegemparan. Sang Raja dan Permaisuri tidak menemukan Sri Pandan, putri mereka. Raja Simangolong lantas memanggil Hobatan untuk mencari tahu.
Di depan Raja Simangolong, Hobatan menceritakan pembicaraannya dengan Sri Pandan. Ia mengatakan bahwa Sri Pandan hendak melompat ke lubuk sungai Asahan karena kecewa terhadap dirinya. Hobatan mengakui telah menganjurkan Sri Pandan untuk menerima lamaran Pangeran Aceh.

Mendengar pengakuan Hobatan, segera Raja Simangolong beserta para prajurit pergi menuju lubuk sungai Asahan. Raja memerintahkan para prajuritnya untuk menyelam ke lubuk dalam itu untuk mencari Sri Pandan. Tapi setelah beberapa lama, mereka tidak berhasil menemukan putri raja. Raja Simangolong sangat sedih telah kehilangan putri kesayangannya. Ia sangat menyesal telah memaksakan kehendak pada Sri Pandan. Semenjak kejadian itu, lubuk tersebut dinamakan Lubuk Emas karena putri Sri Pandan terjun dengan membawa banyak perhiasan emas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar