Rabu, 13 April 2016

Legenda Danau Toba dan Pulau Samosir



Legenda Danau Toba & Pulau Samosir berangkat dari cerita rakyat daerah Sumatera Utara. Menceritakan kisah pemuda miskin yang menikahi wanita cantik jelmaan ikan. Setelah menikah, si pemuda miskin tersebut melanggar janji yang diucapkannya saat menikah sehingga mengakibatkan terbentuknya Danau Toba.

Pada jaman dahulu hidup seorang pemuda yatim piatu yang miskin. Ia tinggal di sebuah lembah subur. Sehari-hari ia menghidupi dirinya dengan cara bertani & mencari ikan di sungai yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Hasil bertani beserta ikan hasil memancing ia masak untuk dijadikan lauk makanannya. Selama ini mudah saja baginya mendapatkan ikan dari sungai yang berair jernih tersebut.

Suatu sore, sepulangnya dari ladang, ia pergi memancing di sungai. Setelah sekian lama memancing, ia tak kunjung mendapatkan ikan. Kejadian seperti ini belum pernah dialaminya. Ahirnya ia menarik pancingnya kemudian memutuskan pulang ke rumah. Namun anehnya ketika pancing ditarik, seekor ikan tiba-tiba menyambarnya. Hatinya senang ketika melihat seekor ikan mas cantik tergantung di ujung tali pancingnya. Si pemuda bergegas pulang ke rumah untuk memasak ikan tersebut.

Setibanya di rumah, si pemuda menaruh ikan mas di sebuah wadah. Ia segera menyiapkan kayu bakar untuk memasak. Ternyata kayu bakar yang dimiliki si pemuda telah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar di belakang rumahnya. Setelah mengambil beberapa potong kayu bakar dia kembali ke dapur untuk memasak.

Betapa terkejutnya si pemuda, sesampainya di dapur ia mendapati ikan mas telah hilang. Namun anehnya di dekat tempat ikan mas tersebut terhampar beberapa keping uang mas. Karena kebingungan, si pemuda kemudian masuk ke dalam kamarnya. Betapa terkejutnya pemuda tersebut ketika melihat seorang wanita cantik di dalam kamarnya.

“Siapakah engkau hai wanita cantik? Darimana asalmu? Kenapa engkau ada di dalam rumahku?” Tanya si petani keheranan.
“Aku adalah ikan mas hasil tangkapanmu tadi, sedangkan uang emas di atas meja adalah penjelmaan dari sisik tubuhku.” jawab wanita cantik tersebut.
“Maukah engkau menjadi istriku hai wanita cantik?” tanya si pemuda malu-malu.

Si wanita menunduk & terdiam sejenak, kemudian berkata “Baiklah aku bersedia menjadi istrimu tapi dengan satu syarat engkau tak boleh mengungkit-ungkit asal usulku. Aku penjelmaan ikan.”
“Baiklah, aku menyanggupi syaratmu.” ujar si petani sambil mengganggukkan kepala.

Tak lama kemudian merekapun menikah. Waktu berlalu begitu cepat bagi sepasang suami istri berbahagia. Tanpa terasa mereka telah memiliki seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Setelah berumur 6 tahun, Samosir berubah menjadi anak  sangat nakal & sulit untuk dinasehati. Ibunya sering menyuruhnya mengantarkan nasi untuk ayahnya di ladang, tapi Samosir selalu menolaknya. Ibunya terpaksa mengantarkan sendiri nasi untuk suaminya ke ladang.

Suatu hari, seperti biasanya, Samosir disuruh ibunya mengantarkan nasi ke ladang. Awalnya ia tidak mau, tapi karena ibunya terus memaksa akhirnya ia pun pergi ke ladang mengantarkan nasi untuk ayahnya. Di tengah perjalanan ke ladang, Samosir merasa lapar dan kemudian memakan bungkusan nasi untuk ayahnya hingga habis. Samosir hanya menyisakan tulang ikan. Ia kemudian membungkusnya kembali. Sesampainya di ladang Samosir memberikan bungkusan nasi pada ayahnya. Karena sudah sangat lapar, ayah Samosir langsung membuka bungkusan nasi tersebut. Mengetahui isi bungkusan hanya berisi tulang ikan, si ayah kemudian memarahi Samosir.

“Hai Samosir!, apa yang kamu lakukan? Kenapa di dalam bungkusan hanya berisi tulang ikan? Kau kah yang memakannya?” teriak ayahnya pada Samosir.
“Maaf ayah, di jalan perut saya merasa lapar, jadi saya makan nasi punya ayah.” kata Samosir ketakutan.
Si ayah marah besar kemudian menampar pipi anaknya sambil berkata bahwa anaknya adalah anak ikan.

“Memang benar-benar kamu ini keterlaluan, anaknya ikan!”
Samosir menangis karena ditampar ayahnya. Ia berlari pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, Samosir bertanya pada ibunya apakah ia memang benar anak ikan.
“Ibu…benarkah apa yang dikatakan ayah bahwa aku anaknya ikan?”

Sang ibu kaget mendengar pertanyaan anaknya. Sambil menangis ia memeluk Samosir. Sang ibu berkata bahwa ayahnya telah melanggar sumpah.
“Ayahmu telah melangar sumpahnya. Ia bersumpah tak akan mengungkit asal-usul ibu. Sekarang ibu harus kembali ke alam ibu.”

Tiba-tiba saja langit berubah menjadi gelap, petir menyambar-nyambar disusul hujan deras. Samosir dan ibunya hilang tak berbekas, sedangkan dari bekas telapak kaki keduanya keluar air sangat deras. Tidak lama kemudian tempat tersebut tergenang air membentuk sebuah danau. Sementara si ayah tidak bisa menyelamatkan dirinya. Dia mati tenggelam ke dalam danau. Masyarakat kemudian menyebut danau tersebut dengan nama Danau Tuba. Sedangkan pulau kecil yang terletak di tengah danau disebut dengan nama pulau Samosir. Kata tuba memiliki arti tidak tahu balas budi. Seiring waktu, masyarakat lambat laun menyebutnya Danau Toba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar