Sabtu, 23 April 2016

Legenda Gua Kemang Sembahe

Dahulu kala terdapat seorang petani yang ingin membuka ladang di Kampung Uruk Rambutan , tanah Karo. Pria ini disebut dengan Bolang yang berarti kakek dalam bahasa Karo.


Bolang tersebut ingin membuka ladang untuk ditanam disekitar kampung uruk rambutan (sekarang sembahe) . Namun ditengah perjalanan betapa terkejutnya Bbolang tersebut ketika melihat makhluk kecil dengan tumit terbalik melintas disekitar tempat yang akan dijadikan ladang. jalan Bolang tersebut bertemu dengan Umang  (dalam bahasa karo jin , roh jahat ,hantu sering disebut dengan umang) . Bentuknya kecil dengan tumit terrbalik dengan kaki yang menghadap kebelakang.

Umang ini bersedia  membantu bolang tersebut untuk membuka , membersikan dan menanami lahan. Umang menaruh kesepakatan kepada Bolang agar tidak memberi tahu orang lain tentang hal ini . Bolang juga dilarang membawa perempuan dan anak kecil kemari.  Bolang menyetujui kesepakatan ini , diapun meminta bantuan umang untuk menggarap lahan yang masih semak belukar.  Ladang ini tidak mampu dibersihkan dalam satu hari , namun umang ini mampu melakukannya. Bolang ini kembali kerumah dan menceritakan bahwa ladang telah dibersihkan dan digarap. Istri yang merasa heran , mulai menaruh curiga kepada Bolang. Keesokannya secara diam-diam sang istri mengikuti Bolang ke ladang Betapa terkejutnya sang istri saat melihat ladang yang berisi makhluk-makhluk kecil menggarap lahan. Sang umang mengetahui keberadaan istri bolang tersebut dan menanggap perjanjian dengan bolang batal.

Lahan yang sudah digarap kembali seperti semula. Bolang  yang mengetahui ini marah besar kepada istrinya , dan keesokan harinya bolang kembali kehutan untuk menemui. Namun Bolang hanya menemukan satu bongkahan batu besar dengan lubang 50 x 50 ditengahnya .Batu ini dipercaya sebagai tempat tinggal umang dan diberi nama dengan Goa Kemang. Dan ditemukan masyarakat pada zaman penjajahan Belanda. Banyak orang yang berusaha memindahkan batu ini termasuk koloni Belanda itu sendiri. Namun tidak ada satupun yang mampu mengangkatnya. Orang - orang primitif sekitar kampung kemudian menyembah batu ini , mengantar sesajen juga memohon permintaan di Batu Ini, sejak saat itulah desa ini di juluki dengan desa Sembahe yang dalam bahasa Karo berarti sembahlah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar