Senin, 18 April 2016

Putri Bunga Melur

Sudah bertahun-tahun lamanya sepasang suami istri belum juga mempunyai seorang anak pun. Akan tetapi mereka tidak putus asa dan terus berdoa kepada Allah. Suatu hari ketika istrinya melihat sekuntum bunga melur, seketika terpikir olahnya, "Bila saja aku mempunyai seorang anak perempuan secantik bunga melur ini, alangkah bahagiaku". Beberapa hari kemudian sang istri bermimpi didatangi seorang kakek tua yang berkata kepadanya, bahwa Allah akan mengabulkan doanya. Ketika anaknya lahir, badannya hanya sebesar bunga melur dan suami istri itu menamakannya Putri Bunga Melur karena wajahnya secantik bunga ini. Pada suatu hari Putri Bunga Melur yang sudah meningkat remaja jatuh sakit. Teringat oleh ibunya, pesan kakek tua dalam mimpinya bertahun-tahun lalu. Sebab itu, ibu dan ayah Puteri Bunga Melur memutuskan untuk mengirimkan anaknya ke negeri seberang. Sebelum berlayar, ayah dan ibunya berpesan untuk tidak menghiraukan bunga bakung yang ditemuinya dalam perjalanan. Akan tetapi, ditengah perjalanan Putri Bunga Melur lupa akan pesan ayah ibunya. Seorang gadis jelek sebesar dirinya yang bernama Tuntung Kapur, tiba-tiba muncul dari bunga bakung yang didekatinya dan melompat kedalam perahunya. Dengan kasar ia memerintahkan Putri Bunga Melur segera berangkat kembali. Setelah menempuh perjalanan yang amat jauh, sampailah mereka di negeri seberang. Penduduk menjadi kacau karena mereka hanya melihat seberkas sinar dan tidak melihat kedua gadis itu. Segera mereka menghadap Raja. Raja seketika teringat mimpinya beberapa tahun lalu. Seorang kakek tua mengatakan, bahwa putera raja yang badannya sebesar ibu jari itu akan mendapatkan jodoh bila tampak sinar terang di pelabuhan. Segera Raja bergegas berangkat ke pelabuhan. Tuntung Kapur berkata kepada Raja bahwa Putri Bunga Melur adalah pembantunya. Karena Raja mengira bahwa Tuntung Kapur adalah jodoh puteranya, maka dia memutuskan akan menjodohkan puteranya dengan Tuntung Kapur. Sementara itu putera Raja memperhatikan tingkah laku kedua gadis itu. Tidak seperti Putri Bunga Melur, Tuntung Kapur tidak bisa memasak. Sejak itu putera Raja senang mengunjungi Putri Bunga Mekur. Ia ingin menikahi Putri Bunga Melur. Suatu ketika Raja dan putera mahkota berpesiar menelusuri sungai. Mereka menjadi curiga ketika mendengar nyanyian binatang-binatang penghuni hutan. Raja menanyakan hal ikhwal yang sebenarnya, akan tetapi Tuntung Kapur tidak mau mengakui perbuatannya. Putri Bunga Melur kemudian menceritakan seluruh kisahnya. Baginda Raja pun murka karena ditipu oleh Tuntung Kapur. Tuntung Kapur diusir meninggalkan negeri seberang. Segera Baginda Raja memerintahkan rakyatnya untuk menyiapkan pesta perkawinan yang megah untuk putera mahkota dan Putri Bunga Melur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar