Sabtu, 30 April 2016

Kisah Ratu Agung



Kisah Ratu Agung merupakan dongeng cerita rakyat nusantara yang berasal dari Sumatra Selatan. Cerita rakyat ini berlatarkan kejadian saat Belanda hendak menduduki Palembang. Pada kisah ini diceritakan siasat licik dari penjajah Belanda dalam memenangkan pertempuran. Selain bisa mengenal seorang pahlwan yang menjadi legenda di daerah Sumatera Selatan yaitu Ratu Agung, kita juga bisa sedikit belajar sejarah bagaimana Belanda bisa menguasai Palembang yang saat ini menjadi Ibu Kota Sumatera Selatan.

Kerajaan Palembang pada zaman dahulu diperintah oleh penguasa yang bergelar Suhunan. Suhunan yang memerintah ketika itu melaksanakan pemerintahannya dengan adil dan bijaksana. Segenap rakyat Palembang menghormati, mencintai, dan mematuhi titah Suhunan.

Suatu hari Suhunan mendengarakan tibanya pasukan Belanda untuk menyerang dan menjajah Palembang. Suhunan lantas menyiagakan segenap kekuatan untuk menghadapinya. Rakyat Palembang pun bersatu padu di belakang Suhunan. Mereka tidak ingin menjadi jajahan bangsa asing yang terkenal serakah, kejam, dan sewenang-wenang. Mereka nyatakan kesanggupan mereka untuk berkorban jiwa dan raga demi negeri tercinta.

Suhunan menunjuk dan menugaskan tiga kesatria perempuan Palembang untuk membantu pertahanan Kerajaan Palembang. Ketiganya adalah Putri Kembang Mustika, Putri Darah Putih, dan Putri Iran. Ketiganya ternama kesaktian dan keperwiraannya. Suhunan memerintahkan pula bagi mereka untuk menjadi pengawal pribadinya.

Kerajaan Palembang terus memperkuat pertahanannya. Berbagai senjata telah disiagakan. Begitu pula dengan meriam-meriam telah disiapkan menghadap sungai Musi yang diperkirakan akan menjadi pintu masuk datangnya pasukan penjajah tersebut.

Benar perkiraan mereka. Pasukan Kompeni Belanda dengan menaiki kapal-kapal besar memasuki Palembang melalui sungai Musi. Kedatangannya segera disambut dengan serangan gencar. Peluru-peluru meriam beterbangan ke arah kapal-kapal pasukan Kompeni Belanda, menimbulkan kerusakan dan kehancuran. Kian gencar serangan kekuatan Kerajaan Palembang itu hingga pasukan Kompeni Belanda memutuskan untuk mundur. Bersorak-sorailah kekuatan Kerajaan Palembang mendapati mundurnya pasukan Kompeni Belanda yang berniat menjajah negeri mereka. Mereka menyangka pasukan Kompeni Belanda tidak akan berani lagi datang ke Palembang.

Perkiraan rakyat Palembang meleset, sebulan kemudian pasukan Kompeni Belanda kembali datang. Jauh lebih banyak kekuatan pasukan mereka dibandingkan kedatangan mereka yang pertama. Ketika itu kekuatan Kerajaan Palembang tidak setangguh dan sesiap seperti ketika mereka menghadapi tibanya pasukan Kompeni Belanda sebulan sebelumnya. Pasukan Kompeni Belanda dapat memporak-porandakan kekuatan Kerajaan Palembang hingga rakyat Palembang tercerai- berai dan berlarian untuk menyelamatkan diri.

Suhunan tetap bertahan dan terus menggelorakan semangat perlawanan. Begitu pula dengan Putri Kembang Mustika, Putri Darah Putih, dan Putri Iran. Ketiganya tetap berada di dekat Suhunan dan siap menangkis serangan yang mernbahayakan jiwa penguasa Kerajaan Palembang itu.


Menghadapi kekuatan pasukan Kompeni Belanda itu Putri Kembang Mustika menunjukkan kesaktian luar biasanya. Ketika peluru-peluru meriam datang berdesingan, ia bergerak sigap lagi gesit untuk menangkapnya. Kesaktian Putri Kembang Mustika itu benar-benar mencengangkan dan membuat pasukan Kompeni Belanda keheranan. Berulang-ulang peluru meriam ditembakkan, berulang-ulang pula Putri Kembang Mustika dapat menangkapnya dengan mudah. Persediaan peluru meriam pasukan Kompeni Belanda terus berkurang karena peluru-peluru yang mereka tembakkan menjadi sia-sia karena ditangkap Putri Kembang Mustika. Mereka akhirnya memilih mundur setelah peluru-peluru meriam mereka habis dan serangan balik kekuatan Kerajaan Palembang kian deras tertuju kepada mereka.

Suhunan sangat bangga dan kagum mendapati kehebatan Putri Kembang Mustika. Suhunan kemudian mengangkat Putri Kembang Mustika menjadi saudara Putri Darah Putih dan menggelari Putri Kembang Mustika dengan gelar Ratu Agung.

Dua kali berniat menundukkan dan menjajah Palembang namun dua kali itu pula mereka terpukul mundur membuat pasukan Kompeni Belanda tidak lagi berniat menyerang Palembang.
Palembang kembali aman dan damai. Suhunan kembali memerintah dengan segala keadilan dan kebijaksanaannya yang senantiasa mengutamakan kesejahteraan. Sayang, tidak semua orang Palembang senang berada dalam kedamaian itu. Salah seorang dari mereka yang tidak senang itu bahkan termasuk kerabat dekat Suhunan sendiri, adik kandung Suhunan sendiri.

Adik kandung Suhunan berniat menjadi suhunan. Ia lantas merencanakan siasat licik. Ia mengirimkan sepucuk surat ke Kerajaan Belanda. Disebutkannya kekuatan Palembang waktu itu tidak lagi tangguh dan perkasa. Jika kekuatan Kerajaan Belanda menyerang, niscaya Kerajaan Palembang akan dapat ditaklukkan. Terlebih- Iebih, ia akan membantu memperlemah kekuatan Kerajaan Palembang dari dalam. Untuk semua itu adik kandung Suhunan meminta imbalan dengan diangkat menjadi Suhunan.

Kekuatan Kerajaan Belanda segera disiagakan dan diberangkatkan menuju Palembang. Mereka telah menyiapkan siasat khusus untuk mengalahkan kekuatan Kerajaan Palembang. Mereka telah membungkus ringgit-ringgit hingga membentuk bulatan-bulatan seperti peluru-peluru meriam. Jika meriam ditembakkan, ringgit-ringgit itu beterbangan. Rakyat Palembang tentu akan berebut ringgit-ringgit itu hingga mengabaikan pertahanan mereka.

Di Palembang sendiri adik kandung Suhunan telah pula menyiapkan siasat khusus. Dengan diam-diam ia membuang peluru-peluru meriam dan menggantinya dengan buah-buah jeruk yang dibentuknya menyerupai peluru meriam.

Pasukan Kompeni Belanda akhirnya tiba di Palembang, Suhunan segera menyiagakan kekuatannya untuk menghadapi dan menghalau. Meriam-meriam disiagakan dan tak berapa lama kemudian mulai ditembakkan. Amat terperanjat para prajurit penembak meriam ketika mendapati tembakan mereka tidak berdampak apapun setelah mengena pada sasaran yang mereka bidik. Baru kemudian mereka dapati kemudian jika peluru- peluru yang mereka gunakan untuk menembak ternyata hanyalah buah-buah jeruk!

Adapun siasat yang diterapkan pasukan Kompeni Belanda berjalan sesuai rencana mereka. Ketika buntalan-buntalan berisi ringgit-ringgit itu ditembakkan, rakyat berebut mengambil ringgit-ringgit yang beterbangan dan berjatuhan. Rakyat menjadi lengah dan tidak membantu para prajurit Kerajaan Palembang yang tengah menghadapi kekuatan pasukan Kompeni Belanda. Porak-porandalah akhirnya kekuatan Kerajaan Palembang.

Menghadapi keadaan genting tersebut Putri Kembang Mustika, Putri Darah Putih, dan Putri Iran segera mengungsikan Suhunan.

Mundurnya Suhunan segera diikuti kerabat dan juga para prajurit Palembang. Istana kerajaan pun akhirnya kosong ketika pasukan Kerajaan Belanda memasukinya. Mereka hanya menemukan adik kandung Suhunan yang terlihat gembira menyambut kedatangan mereka.

Adik kandung Suhunan menghadap Raja Belanda. Katanya, “Hamba yang telah mengirim surat kepada Tuan. Hamba juga telah melemahkan pasukan Kerajaan Palembang dengan mengganti peluru-peluru meriam mereka dengan buah-buah jeruk. Bukankah serangan mereka menjadi sia-sia dan tidak berarti? Bukankah pasukan Belanda akhirnya dapat mengalahkan kekuatan Palembang dengan mudah? Itu semua karena jerih payah hamba, Tuan. Oleh karena itu hendaklah Tuan mengangkat hamba menjadi Suhunan yang baru.”

Raja Belanda mencibirkan bibirnya. “Engkau telah nyata-nyata mengkhianati saudara kandung dan juga negerimu sendiri! Engkau tega hati untuk melakukannya hanya karena keserakahan dan keinginanmu semata-mata untuk berkuasa. Maka, jika engkau kuangkat menjadi Suhunan, niscaya engkau pun pasti akan tega hati untuk mengkhianatiku di kemudian hari!”

Mati-matian adik kandung Suhunan memberikan janji-janjinya untuk senantiasa setia terhadap Raja Belanda.

“Sifatmu bukan menunjukkan sifat orang yang setia. Engkau bersifat pengkhianat. Seorang Suhunan tidak seharusnya bersifat khianat seperti dirimu itu!” jawab Raja Belanda.

Alangkah kecewanya adik kandung Suhunan mendengar jawaban Raja Belanda. Sama sekali ia tidak menduga mendapat jawaban seperti itu dari Raja Belanda. Musnahlah harapannya untuk menjadi Suhunan. Ia terjepit dan merasa sama sekali tidak berdaya. Terlebih-lebih ketika Raja Belanda memerintahkan prajuritnya untuk menangkap dirinya!

Adik kandung Suhunan yang mengkhianati kakak kandung dan juga negerinya itu pun akhirnya menemui kematiannya setelah dilaksanakan hukuman pancung pada dirinya.

Sementara Ratu Agung sendiri kembali ke kampung halamannya di daerah Sukadana setelah Suhunan memberinya izin. Warga Sukadana sangat menghormati sosok perempuan pemberani lagi sakti itu. Ratu Agung terus menetap di kampung halamannya itu hingga akhirnya menutup mata. Kepergiannya diratapi orang-orang yang mengetahui sepak terjangnya yang gagah berani ketika membela Palembang dari serangan pasukan Kompeni Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar