Sabtu, 28 Mei 2016

Cerita Mirah dari Marunda

 
Pada suatu malam dimasa penjajahan Belanda, terjadi sebuah perampokan di daerah Kemayoran. korbannya adalah Babah Yong. Babah Yong diikat diruang tengah dan barang-barang berharga miliknya dibawa kabur oleh para perampok.
Tuan Ruys, pengusaha daerah Kemayoran, segera menyelidiki tempat perampokan. Bek Kemayoran juga datang. Menurut keterangan beberapa orang yang melihat peristiwa itu, Sepintas wajah perampok yang kabur mirip dengan Asni. Mereka mencurigai Asni sebagai pelaku perampokan itu. Tuan Ruys memerintahkan Bek Kemayoran untuk segera menangkap Asni.
Keesokan harinya, Bek Kemayoran menangkap dan menyerahkan Asni kepada Tuan Ruys. Namun, beberapa saksi menjelaskan bahwa malam itu Asni ada di rumah. Karena tidak ada bukti yang kuat, maka Asni dibebaskan dengan syarat ia harus bisa menangkap perampok yang berwajah mirip dengannya. Jika tidak berhasil, Asni akan dipenjara.
Sementara itu, di daerah Marunda ada seorang gadis cantik bernama Mirah. Ibunya sudah lama meninggal. Ia tinggal bersama ayahnya yang bernama Bang Bodong. Saat itu di daerah Marunda sering terjadi perampokan.
Bang Bodong adalah seorang jagoan yang sangat ditakuti oleh para perampok dan disegani oleh masyarakat Marunda. Selain kehebatan ilmu bela diri yang dimiliki, Bang Bodong terkenal sebagai orang yang selalu melindungi rakyat kecil.
Bang Bodong merasa prihatin dengan keadaan kampung Marunda. Usianya semakin tua dan tidak memiliki anak laki-laki yang bisa mewarisi ilmu bela diri. Sementara penguasa Belanda tidak peduli dengan kekacauan yang meresahkan masyarakat.
Bang Bodong memanggil Mirah dan menceritakan keadaan kampung yang semakin meresahkan. Bang Bodong khawatir kampung Marunda akan menjadi sarang para perampok. Mendengar kekhawatiran ayahnya, Mirah terpanggil untuk ikut mempertahankan kampung kelahiranya. Mirah minta dilatih ilmu bela diri. Bang Bodong mengabulkan permintaan Mirah. Dalam waktu singkat Mirah telah menguasai semua ilmu yang diajarkan. Tak heran Mirah menjadi pendekar wanita dari Marunda.
 
Melihat Mirah telah menguasai semua ilmu yang diajarkan, hati Bang Bodong merasa puas dan bangga. Diharapkan Mirah dapat mempertahankan daerah Marunda. Namun, Bang Bodong juga merasa sedih karena Mirah sudah semakin dewasa dan belum berkeluarga. Bang Bodong berharap Mirah mau segera menikah. Mirah menolak karena khawatir tidak dapat merawat ayahnya dengan baik.
Bang Bodong terus mendesak Mirah untuk menikah. Akhirnya, Mirah setuju untuk menikah, tetapi dengan syarat calon suaminya bisa mengalahkan ilmu silatnya. Mendengar persyaratan itu, Bang Bodong segera mengadakan sayembara silat. laki-laki yang bisa mengalahkan Mirah dalam ilmu silat berhak mempersunting putrinya sebagai istri.
Para pendekar dari berbagai daerah berdatangan untuk ikut serta dalam sayembara, termasuk Tirta, seorang jagoan dari Karawang. Wajah Tirta mirip Asni, tetapi ia suka melakukan keonaran dan perampokan di berbagai daerah. Akan tetapi, Tirta dapat dikalahkan oleh Mirah. Tirta mengaku kehebatan Mirah. Hingga sayembara berakhir tak seorang pun dapat mengalahkan Mirah.
Sementara itu, Asni terus mengembara dari satu daerah kedaerah lain untuk mencari perampok yang berwajah mirip dengannya. Suatu hari, Asni tiba di kampung Marunda. Asni disangka perampok dan terlibat perkelahian dengan penjaga kampung.
Dua penjaga kampung dapat dikalahkan oleh Asni. Mereka lari mengadu kerumah Bang Bodong. Seketika Bang Bodong berlari menemui Asni. Pertarungan Asni dan Bang Bodong tak terelakkan. karena usianya yang sudah tua, Bang Bodong dapat dikalahkan oleh Asni.
Mendengar ayahnya dikalahkan oleh Asni, Mirah segera menyerang Asni. Mulanya Asni tidak mau melawan musuh seorang perempuan. tetapi, karena Mirah terus menyerang akhirnya Asni melawan.
Kehebatan silat Mirah ternyata masih belum sebanding dengan kehebatan Asni. Mirah dibuat kewalahan. Mirah sering jatuh tak berdaya. Mirah akhirnya mengaku kalah dan Asni tersenyum-senyum.
 
Bang Bodong yang menyaksikan pertarungan itu segera menghampiri Mirah dan Asni. Bang Bodong bercerita kepada Asni tentang sayembara silat yang ia adakan belum lama ini. Karena Asni berhasil mengalahkan Mirah, ia berhak memperistri Mirah.
Mendengar penjelasan itu hati Asni berbunga-bunga. Ia mendapatkan seorang gadis yang cantik jelita dan pandai dalam ilmu bela diri. tentu saja Asni dengan senang hati menerima Mirah sebagai calon istrinya.
Asni menceritakan tujuannya berkelana adalah untuk mencari perampok yang berwajah mirip dengannya. Jika tidak dapat menangkap perampok itu, maka Asni akan dipenjara. Bang Bodong tahu orang yang dimaksud itu adalah Tirta.
Tak lama kemudian Bang Bodong menyelenggarakan pernikahan Mirah dan Asni. Pesta itu sangat meriah. Tirta diundang untuk menghadiri pesta itu.
 
Tirta datang menghampiri undangan tersebut dan sangat terkejut melihat Bek Kemayoran, Tuan Ruys dan centeng-centeng Babah Yong. Tirta terkepung. Bek Kemayoran mendekati Tirta dan terjadilah perkelahian. Bek Kemayora dapat dikalahkan oleh Tirta.
Suasana pesta menjadi sangat kacau. Bang Bodong bermaksud melerai tetapi terserempet golok sehingga terluka. Melihat kejadian itu, Mirah segera melepaskan pernak-pernik pakaian pengantinnya dan menyerang Tirta.
Dalam pertarungan ini Tirta dapat dikalahka oleh Mirah. Asni segera menghampiri Tirta. Tirta dapat mengenali dengan baik bahwa Asni adalah adiknya. Mereka berpelukan karena telah lama berpisah. Tirta dan Asni adalah kakak beradik satu ayah lain ibu. Ibu Asni berasal dari Cakung sedangkan ibu Tirta berasal dari Karawang.
  
Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Tirta menyampaikan bingkisan berupa pending emas kepada Mirah. Tirta menjelaskan bahwa kedatangannya di pesta karena ingin berjumpa dengan Mirah dan ingin mengucapkan selamat.
Beberapa tahun kemudian Asni dan Mirah meninggalkan Marunda. Mereka telah menjadi pasangan suami istri yang bahagia. Mereka tinggal di Kemayoran sampai berusia tua.
Demikianlah kisah Cerita Mirah dari Marunda semoga bermanfaat
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar