Ujung batu merupakan daerah yang berada di posisi ujung dari mulut
daratan Siak. Seberang daratan ini, yang dibelah selat Bengkalis
bertemulah dengan Pulau Bengkalis. Aliran sungai Siak yang memanjang
dari Pekanbaru akan bertembung dengan selat di muara Bengkalis ini. Dan
tak jauh dari sini menjuntailah Selat Malaka. Tempat kerajaan melayu
yang besar yang bertahan berabad-abad.
Datuk Laksamana Raja Dilaut menjadi lagenda seorang penguasa laut yang
terkenal. Kabarnya ditanganyalah segala bentuk kejahatan laut takluk
padanya. Seperti banyaknya Lanun, yang merompak hasil bumi dan
perdagangan di laut. Begitu juga dengan penyerangan-penyerangan dari
negeri luar.
Datuk Laksamana yang juga punya balatentara laut sigap menghalau
balik setiap serangan.
Kabarnya, keberadaan Laksamana Raja Di laut bukan
atas titah kerajaan Bengkalis. Karena Bengkalis saat itu berupa
kebatinan, tetapi Laksamana Raja Di laut merupakan pemegang titah
Kerajaan Siak untuk menjaga keamanan di pesisir pulau berbatasan dengan
selat Malaka ini. Kisah ini sampai sekarang masih simpang siur.
Pendalaman terhadap histiorical Raja Laksamana juga masih berupa
serpihan serpihan cerita yang masih sulit.
Konon, para pemegang Datuk laksamana ini berketurunan Bugis. Sepuhnya
bernama Daeng Taugik, seorang bangsawan bugis. Memiliki anak yang
bernama Datuk Bandar Jamal, yang menikah dengan keluarga batina di
Bengkalis. Anaknya yang bernama Encik Ibrahim inilah kabarnya diangkat
menjadi Datuk Laksamana yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807 M.
Disebutkanlah dia sebagai Datuk Laksamana Raja Dilaut I, ada tiga
laksamana lagi penerusnya. Yakni Encik Khamis, encik Abdullah Shaleh dan
Encik Ali Akbar. Mereka digelari Datuk Laksamana II sampai IV. Datuk
Laksama hanya sampai IV, gelar datuk Laksamana yang terakhir.
Di Desa Sukajadi, sekitar 35 kilometer dari desa Sungai Pakning Ujung
Batu Bengkalis dua makam Datuk penguasa laut ini bisa dilihat. Yakni
Datuk Laksamana III dan Datuk Laksamana IV. Kedua Makam ini terletak di
belakang Masjid Jami’ Al haq. Mesjid tua peningggalan para Datuk ini
dulunya. Tak jauh dari mesjid ini berdiri juga rumah Datuk. Kabarnya
dibangun oleh Datuk Laksamana ke IV, Datuk Ali Akbar. Rumah peninggalan
ini berbentuk panggung. Sekilas terlihat seperti rumah adat/ rumah
tradisi di Kepualuan Riau. berbentuk panggung dengan motif-motif melayu
dibeberapa ornamen bangunannya.
Di depan rumah terpancang dua buah meriam yang menghulu ke jalan.
Meriam ini merupakan peninggalan Datuk Laksamana. Datuk Laksamana memang
terkenal sebagai penakluk dalam peperangaan laut. Meriam yang menjadi
alat perang ini kini memang tinggal sedikit. Tetapi masyarakat setempat
pernah menemukan senjata berhulu ledak ini juga di muara Sungai di Ujung
Batu. Kabarnya disepanjang bibir laut di Ujung Batu dulunya berderet
meriam ke arah laut. Sebuah benteng menunjukkan kegagahan penguasa laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar