Danaunya sendiri sebenarnya bukan hanya satu saja, melainkan ada dua
buah. Bagi masyarakat setempat menyebut dua danau itu sebagai Danau Tolire Besar dan Danau Tolire Kecil. Jarak antara keduanya hanya sekitar 200 meter.
Keunikan lain dari danau ini adalah kalau melempar sesuatu ke danau,
bagaimana pun kuatnya lemparan dengan menggunakan batu atau benda lain,
misalnya, tidak akan pernah menyentuh air danau. Padahal saat melempar
dari pinggir atas danau, air danau terlihat berada di bawah kaki si
pelempar. Barangkali mereka yang pertama kali berkunjung ke danau itu,
tidak akan percaya dengan fakta itu.
Namun, mereka boleh mencoba melemparnya setelah membeli batu yang
banyak dijual di pinggir danau seharga Rp 1.000 untuk lima biji batu.
Sejauh ini tidak seorang pun mampu melemparkan batu-batu itu hingga
menyentuh permukaan air danau, Atau dari sisi pinggir danaunya yang
terjang, jadi gk nyentuh permukaan danau.hehehe
cerita rakyat yang menghiasai danau ini rada cukup miris, lantaran kejadian ayah yang menghamili anaknya sendiri ternyata bukan hanya terjadi pada masa sekarang saja. Pasalnya kenapa danau ini ada dipercaya terjadi lantaran adanya peristiwa ayah yang menghamili anaknya sendiri.
Lho apa hubungannya? nah, dahulu kala sebelum terbentuknya danau ini, di lokasi tepat danau sekarang ini berada dulunya merupakan sebuah desa/perkampungan. Warga desa tersebut hidup sejahtera dan mempunyai tali persaudaraan yang kuat, maklum hidup di desa jadi tidaklah mengherankan jika semua warga didesa tersebut saling mengenal pribadi satu sama lain.
Sampai suatu ketika terjadi peristiwa yang menggemparkan seluruh desa. Ada Seorang bapak menghamili anaknya sendiri. Tak pelak, membuat seluruh warga desa marah. Semuanya pukul rata, tidak bapak atau anaknya keduanya diusir dari desa oleh warga, untung saja tidak diamuk massa, hehehehe
Terpaksa dan merasa malu maka keduanya pun angkat kaki dari desa.
Nah, saat mereka melangkahkan kaki pergi dari desa terjadilah suatu
kejadian aneh. Konon ceritanya tempat mereka (ayah dan anak itu)
berpijak seketika terbelah akibat gempa dahsyat yang terjadi secara
tiba-tiba. Sang penguasa ternyata marah dan menghukum ayah, anak,
beserta desa tersebut menjadi dua buah danau, yaitu Satu danau besar
yang kemudian disebut tolire besar (lamo) yang menggambarkan sang ayah.
Satu lagi danau yang lebih kecil yang disebut tolire kecil (ici) yang
mencerminkan sang anak.
Konon katanya lagi para warga desa yang tenggelam ituberubah menjadi
buaya putih yang melindungi danau sampai sekarang. Penduduk setempat
meyakini bukan hanya satu atau dua buaya putih saja yang ada di danau
itu, melainkan dihuni oleh ratusan buaya putih berukuran sekitar 10
meter yang acap kali menampakkan dirinya. Itu sebabnya mengapa
pengunjung yang ada ada di danau Tolire dilarang untuk berendam,
berenang, bahkan memancing di danau Tolire karena mereka percaya barang
siapa yang mengganggu danau akan menjadi mangsa buaya putih.
Cerita dan buaya putih, di danau ini juga katanya ada banyak harta
karun yang tersimpan di dasar Danau Tolire Besar. Harta karun ini
diyakini milik masyarakat Kesultanan Ternate saat Portugis menjajah
Ternate abad ke-15. Masyarakat Ternate saat itu banyak membuang hartanya
yang berharga ke dalam danau agar tak dirampas tentara Portugis, namun
belum diketahui kebenaran dan kepastian ada tidaknya harta karun yang
tersembunyi di bawah danau ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar