Di dalam sebuah hutan yang lebat di Negeri Tanjung, hidup tiga orang
kakak beradik, Kakak Sulung dan Kakak Tengah adalah laki-laki dan Si
Bungsu seorang perempuan. Semenjak orangtua mereka meninggal, mereka
hanya tinggal bertiga di hutan dan tidak pernah berinteraksi dengan
orang lain. Mereka bertiga terkenal sakti, karena setiap hari mereka
berteman dengan berbagai jenis siluman.
Suatu
saat, Negeri Tanjung mendapat ancaman penyerangan dari negeri tetangga.
Sang Raja merasa gundah, karena negeri tetangga sangat kuat. Lalu, Raja
bermaksud meminta pertolongan kedua laki-laki dari tiga bersaudara
tersebut. la mengutus pengawalnya mencari Si Sulung dan Si Tengah untuk
datang ke istana sebelum bulan purnama tiba.
Kakak Sulung dan Tengah mempertimbangkan permintaan Raja untuk
membela Negeri Tanjung. Namun, mereka ragu meninggalkan adik bungsu
mereka sendirian di hutan. Kakak Sulung dan tengah khawatir, adik mereka
akan diganggu oleh makhluk lain atau binatang buas. Kemudian, mereka
bertiga berunding mencari jalan terbaik untuk keselamatan adik mereka.
“Kak, begini saja. Selama kita pergi, adik bungsu kita tutup dengan
sebuah kancah atau kuali yang besar. Lalu, kakak bacakan mantera,
sehingga adik tidak akan dapat dilihat oleh makhluk apa pun,” kata Kakak
Tengah.
“Idemu bogus, Dik. Baiklah, sebelum besok kita berangkat ke istana kita lakukan idemu itu,” kata Kakak Sulung.
Hari berganti dan kedua kakak beradik ini harus segera menuju ke
istana. Ketiga bersaudara itu duduk berkeliling. Mereka berpegangan
tangan dengan sedih, karena sebentar lagi akan berpisah dengan adik
bungsu mereka. Selama ini mereka tidak pernah terpisahkan. Mereka
berpelukan sambil menangis.
Tibalah saatnya, Kakak Tengah mengambil sebuah kancah dan
menutupkannya dengan tubuh Si Bungsu di dalam kancah tersebut. Lalu,
Kakak Sulung membacakan mantera di hadapan kancah yang berisi adik
mereka. Setelah selesai membacakan mantera, kancah tersebut menghilang
dari pandangan.
“Nah, adikku sayang, sekarang kau aman, karena tiada seorang pun yang
dapat melihatmu. Kakak berdua akan segera kembali padamu,” kata Kakak
Sulung.
Dengan perasaan sedih, Kakak Sulung dan Kakak Tengah meninggalkan si
bungsu. Mereka menuju istana dan siap untuk membantu kerajaan menghadapi
musuh.
Kakak beradik ini ditunjuk sebagai panglima perang oleh Raja. Dengan
kehebatan mereka dan juga bantuan dari para siluman hutan, mereka
berhasil memenangkan pertempuran.
Setelah memenangi pertempuran ini, Raja mengangkat keduanya menjadi
hulubalang istana. Hal ini membuat iri beberapa hulubalang lainnya.
Kemudian, para hulubalang berusaha menjatuhkan kakak beradik itu dengan
bekerja sama dengan musuh untuk menghancurkan Negeri Tanjung.
Raja Negeri Tanjung meminta mereka untuk menghadapi serangan para
hulubalang yang sudah berkhianat. Kakak beradik yang sakti itu merasa
ragu, karena mereka akan berhadapan dengan kawan-kawan mereka sendiri.
Raja membujuk mereka untuk segera bertindak. Dalam pertempuran ini,
Kakak Sulung gugur, karena ia tidak bisa menggunakan kemampuan
manteranya dalam keadaan masih penuh keraguan untuk berperang melawan
kawan-kawannya sendiri.
Kakak Tengah sangat terpukul dengan kematian kakak sulung, ia lalu
berusaha sekuat tenaga memenangi pertempuran tersebut hingga akhirnya
Negeri Tanjung pun berhasil mengalahkan musuh.
Sebagai rasa terima kasih, Raja Negeri Tanjung lalu menikahkan
putrinya yang cantik dengan Kakak Tengah. Ia berharap Kakak Tengah dapat
menjadi penggantinya kelak memimpin Negeri Tanjung.
Usai pesta pernikahan, Kakak Tengah minta izin kepada Raja untuk pulang ke kampung halamannya. Ia bermaksud mencari adiknya.
Pertemuan dengan adiknya sungguh mengharukan. Kakak Tengah menangis
sambil memeluk kancah besar yang dipakai untuk menutupi adiknya. Kini,
adiknya tidak dapat terlihat lagi, karena hanya Kakak Sulung yang bisa
membacakan manteranya. Ia hanya dapat mendengar suara adiknya tanpa bisa
melihat wujudnya lagi. Si Tengah menangis sambil memeluk kancah
tersebut. Kepada adiknya ia menceritakan bahwa kakak mereka telah tiada.
Si Bungsu menangis tersedu-sedu. Mereka saling melepas rindu dengan
bercakap-cakap.
Setelah puas bercakap-cakap, Kakak Tengah minta izin kepada adiknya untuk kembali ke istana.
“Tunggulah, adikku. Kakak pasti akan mencari cara untuk membebaskanmu
sehingga kau dapat terlihat kembali,” janji Kakak Tengah. Adik Bungsu
kembali menangis tersedu-sedu.
Si Tengah kembali ke kerajaan.
Ia terus berpikir bagaimana cara menyelamatkan adiknya. Namun, sampai bertahun-tahun ia belum menemukan caranya.
Sementara itu di hutan, kancah yang menutupi Si Bungsu semakin lama
semakin membesar. Di bagian atasnya ditumbuhi pepohonan sehingga kancah
itu berubah menjadi sebuah bukit. Bukit itu dinamakan Bukit Kancah.